Setelah Setahun Hidup Di Estonia

Sorotan satu tahun pertama bermigrasi dan hidup di Estonia

estonia

Malam hari, 9 Oktober 2021, saya dan istri menginjakkan kaki di bandara internasional Lennart Meri Tallinn. Itu adalah kali kedua kami ke Estonia. Suasana hari itu terasa berbeda dari sebelumnya, karena kami datang bukan untuk tujuan berlibur melainkan untuk pindah tempat tinggal. Sebelum pindah ke Tallinn, kami tinggal di Denpasar, Bali.

Lansekap kota Tallinn dilihat dari tengah laut.
Lansekap kota Tallinn dilihat dari tengah laut.

Hari ini, di tanggal yang sama, saya telah melewati empat musim di Estonia. Saya sudah merasakan musim gugur yang penuh dengan hujan dan angin kencang. Lalu disusul dengan musim dingin bersalju tebal dan temperatur yang turun hingga -20°C. Asyiknya mengamati burung-burung yang kembali datang, dan pepohonan yang mulai tumbuh di musim semi. Serta merasakan musim panas bertemperatur hingga 30°C dan matahari yang tidak terbenam di tengah musim panas.

Satu hari di mana matahari tidak benar-benar terbenam di musim panas.
Satu hari di mana matahari tidak terbenam di musim panas. Foto diambil jam 1 pagi.

Tentu saja kehidupan saya setahun terakhir di Estonia tidak melulu indah. Apalagi setelah pecah perang akibat invasi Rusia ke Ukraina, kondisinya langsung terasa berbeda dibanding kondisi sebelum 24 Februari 2022.

Banyak hal soal Estonia sudah saya tuliskan di blog ini, yang bisa teman-teman baca di kategori: Estonia. Berikut ini beberapa hal yang jadi sorotan utama saya selama setahun pertama di Estonia.

Memahami bahwa Estonia itu tidak kecil

Jika kita lihat di peta benua Eropa, maka Estonia terlihat sangat kecil. Di utara ada Finlandia, di timur ada Rusia, dan di selatan ada Latvia. Kemudian jika kita lihat jumlah populasi penduduknya, Estonia hanya memiliki sekitar 1,3 juta jiwa. Bandingkan dengan Jakarta yang berpenduduk 10,5 juta lebih jiwa. Sangat jauh.

Tapi ternyata, satu tahun belum cukup untuk menjelajahi kota-kota dan pulau-pulau di Estonia. Sejauh ini selain Tallinn, saya baru sempat singgah ke Kuressaare, Tartu, Pärnu, dan Viljandi. Bahkan Tallinn sendiri pun belum saya jelajahi semua, padahal saya sudah menggunakan sepeda untuk bepergian ke mana-mana.

Tallinn dari atas menara St. Olaf.
Tallinn dari atas menara gereja St. Olaf.

Dulu sewaktu masih tinggal di Indonesia, saya bercita-cita kalau bisa pindah ke Eropa saya ingin mengunjungi banyak kota-kota di Eropa. Tetapi setelah saya bisa pindah, keinginan saya pun berubah. Saya ingin menjelajahi Estonia terlebih dahulu, karena negara ini memiliki banyak keindahan tersendiri. Tentu juga menjelajah Estonia lebih murah dibanding terbang ke luar negeri. Menurut saya, bahkan biaya menjelajah Indonesia pun masih tergolong mahal jika dikorelasikan dengan pemasukan bulanan sewaktu tinggal di Indonesia.

Tallinn kota yang ramah pesepeda dan pejalan kaki

Poin sorotan saya ini mungkin bisa menjadi sangat kontroversial jika dibaca oleh warga asli Tallinn. Warga masih sering protes karena katanya Tallinn masih terlalu berbahaya untuk pesepeda dan pejalan kaki. Tapi tentu saja pandangan saya berbeda dengan warga lokal. Karena saya datang dari negara yang lalu lintasnya semrawut, tidak punya angkutan umum yang layak (kecuali Jakarta), dan fasilitas tidak memadai untuk pejalan kaki atau pesepeda, maka menurut saya Tallinn sudah sangat menyenangkan.

Angkutan umum di Tallinn gratis untuk seluruh penduduk termasuk untuk ekspatriat. Dengan kombinasi tram, bus, dan berjalan kaki maka kita sudah bisa menjangkau seluruh area yang ada di Tallinn. Trotoar lebar, sehingga bisa digunakan oleh pejalan kaki dan pesepeda. Sehingga menimbulkan rasa aman karena terpisah dengan jalur mobil. Seandainya pun sepeda mau turun ke jalanan mobil, selama kita berkendaranya di pinggiran maka akan tetap aman-aman saja.

Suasana di pusat kota Tallinn
Suasana di pusat kota Tallinn.

Pengendara mobil di sini pun akan selalu berhenti jika ada orang yang menyeberang di zebra cross.

Belajar bahasa Estonia

Memahami bahasa Inggris saja sebenarnya sudah cukup untuk tinggal di Estonia, terutama jika kamu tinggal di Tallinn. Hampir semua orang di Tallinn memahami bahasa Inggris. Tapi jika tujuan tinggal di sini untuk jangka panjang dan ingin mendapat izin tinggal permanen, maka menguasai bahasa Estonia adalah sebuah keharusan. Menguasai bahasa dibuktikan dengan lulus tes bahasa minimal tingkat B1 (menengah).

Saya sendiri menargetkan untuk bisa mendapat izin tinggal permanen setelah 5 tahun, maka saya memutuskan untuk segera belajar. Karena menguasai bahasa bukan lah perkara mudah jika tidak belajar sedari kecil. Tingkatan yang harus dikuasai adalah A1, A2, dan B1. Untuk tingkat A1 saya belajar sendiri dari berbagai aplikasi dan buku. Lalu, saat ini saya sedang mengikuti kursus tingkat A2, dan kursus ini diberikan gratis oleh pemerintah Estonia (uang pajak saya dipakai untuk hal yang berguna). 🥹

Target saya dalam 2 tahun sudah bisa melewati B1.

Belajar bahasa Estonia sangat berguna jika kita berjalan-jalan ke luar kota Tallinn. Di luar kota Tallinn, terutama kota-kota yang tidak banyak pelajar/pekerja internasional, masih sangat banyak orang yang tidak bisa berbahasa Inggris.

Hal penting lainnya ketika saya sudah mulai bisa berbahasa Estonia adalah saya jadi dapat mengikuti isu-isu dalam negeri dari warganet, media, dan forum-forum lokal. Karena media berbahasa Inggris, biasanya hanya mengangkat sisi indah Estonia.

Saya pernah menuliskan dua artikel soal belajar bahasa:

Inflasi akibat invasi Rusia ke Ukraina

Setelah 24 Februari 2022, situasi berubah. Hari itu Rusia akhirnya menginvasi Ukraina, dan disusul kemudian Uni Eropa memberikan sanksi kepada Rusia. Situasi ekonomi pun menjadi berbeda. Apalagi Estonia memiliki sejarah panjang dan kelam dengan Uni Soviet, sehingga akhirnya membuat Estonia menjadi sangat keras dengan Rusia. Banyak perdagangan yang diputus oleh Estonia, termasuk gas Rusia.

Singkat cerita harga-harga melonjak naik. Inflasi di Estonia saat ini sudah mencapai 25%, tertinggi di Eropa. Yang sangat terasa adalah harga listrik. Harga listrik di Estonia tidak diatur oleh pemerintah, karena mengikuti sistem Nord Pool. Ini adalah pasar bebas untuk energi di beberapa negara Eropa. Jadi harga listrik di sini fluktuatif tiap jamnya.

Ini membuat saya dan istri jadi sangat rajin mengamati harga listrik. Kami tidak akan menyalakan mesin-mesin rumah tangga yang butuh energi cukup besar di saat jam-jam mahal untuk menghemat.

Selain itu istri juga jadi mengatur belanja rumah tangga di saat ada promo di supermarket. Di Estonia, biasanya setiap minggu supermarket-supermarket akan mengirimkan brosur dan booklet promo ke kotak pos setiap penghuni apartemen. Ini menjadi sangat berguna untuk merencanakan kapan dan di mana harus belanja, serta membeli apa saja.

Tallinn di musim dingin
Tallinn di musim dingin.

There is a saying: yesterday is history, tomorrow is a mystery, but today is a gift. That is why it is called the “present.” - Kung Fu Panda

Situasi dunia terutama di Eropa saat ini penuh ketidakpastian. Masa-masa bulan madu bisa pindah ke Eropa sudah dilewati. Jika membaca di berita, ahli-ahli banyak yang memprediksi resesi ekonomi akan segera tiba.

Tapi seperti yang dikatakan oleh Master Oogway di film Kung Fu Panda, hari esok itu masih misteri. Jadi saat ini saya fokus mensyukuri saja apa yang bisa didapat di hari ini, terlebih lagi kehidupan saya saat ini masih jauh lebih baik dan indah dibanding sewaktu masih di Indonesia. 😉 Dan tentu saja saya tetap bersiap-siap dengan berbagai kemungkinan di hari esok, tanpa perlu berpikir terlalu berlebihan.

Semoga tahun kedua kami akan lebih baik lagi dari tahun pertama. 🚀